Fenomena Laut Terbelah di Korea
Tentunya
kita masih ingat tentang kisah Nabi Musa yang memiliki mukjizat tongkatnya
mampu membelah Laut Merah dan membawa
pengikutnya yang taat kepada Allah melarikan diri dari kekejaman Firaun yang
memerintah Mesir.
Kejadian
seperti itu hampir mirip dengan kejadian yang terjadi di Korea Selatan setiap 2
tahunnya, akan tetapi ini sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di Korea
Selatan karena perkataan terbelah dan membelah sendiri memiliki makna yang
berbeda. Kejadian laut terbelah di Korea Selatan disebabkan karena faktor alami
sedangkan upaya Nabi Musa membelah Laut Merah pada tanggal 10 Muharam dengan
tongkatnya karena disebabkan mukjizat yang dikuruniakan Allah SWT. Yang pasti,
kedua kejadian hampir mirip itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Berikut
penjelasan mengenai laut terbelah di Korea Selatan:
Tepatnya
di Pulau Jindo terletak di sebelah barat Semenanjung Korea, wilayah
Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Pulau ini merupakan yang terbesar
ketiga di negara ginseng tersebut dan terletak berdekatan dengan pulau Jejudo
dan Geojodo.
Setiap
2 tahunnya, terjadi fenomena alam yang sangat menarik di Pulau Jindo. Dinas
Pariwisata setempat menyebutnya sebagai
Miracle . Laut yang dipenuhi air laut tiba-tiba surut atau mengering.
Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar
sekitar 10-40 meter. Fenomena alam ini terjadi kurang lebih sekitar satu jam.
Surutnya
air laut ini menghasilkan daratan yang menghubungan Pulau Jindo dan Pulau Modo
yang sebelumnya tertutup oleh air. Selama air laut surut, orang bisa berjalan
kaki dari Pulau Jindo ke Pulau Modo. Tetapi, tentu saja, harus diperhitungan
dengan cermat mengingat surutnya air laut ini hanya 60 menit. Setelah itu,
tanah/pasir laut akan kembali ditutupi oleh air laut.
Kejadian
ajaib ini hanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini biasanya terjadi
pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat Proses ini menghasilkan jalur bagi dua
daratan terpisah yang sebelumnya tenggelam di bawah air. Dinas Pariwisata
setempat memanfaatkan fenomena alam ini dengan menggelar pesta besar-besaran
yang dikenal sebagai “Jindo Yeongdeung Festival” atau Pesta Laut Terbelah
Jindo. Pesta Laut Terbelah Jindo ini selalu diselenggarakan tiga kali setahun
yaitu pada Maret atau Mei serta Juli. Bagaimanapun, sambutan wisatawan lokal
dan mancanegara sungguh luarbiasa sehingga menyebabkan pihak pemerintah
memutuskan untuk turut merayakan pesta laut terbelah di Pulau Jindo tersebut
pada bulan April. Sambutan wisatawan lokal dan mancanegara jumlahnya bahkan
bisa mencapai 400.000 orang. Event ini tentu bisa menghasilkan devisa karena
para turis harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati Moses’ Miracle.
Perayaan
itu juga membolehkan wisatawan menikmati berbagai kegiatan mendulang pengalaman
di laut dan menyaksikan pemandangan unik serta budaya masyarakat pulau Jindo.
Pesta itu diselingi dengan tembang tradisional masyarakat Jindo dan pagelaran
sendra tari khas Korea, Ganggangsullae, turut dipersembahkan. Semua
dipersembahkan kepada wisatawan sepanjang berlangsungnya perayaan termasuk
pertunjukan kembang api, psinar laser, persembahan musik tradisional serta
permainan khas Korea lainnya.
Untuk
memperoleh pemandangan paling menarik laut terbelah dan membentuk jalur jalan
yang bisa dilewati, masyarakat dan wisatawan dapat menikmati bahkan
berjalan-jalan sendiri di jalur jalan yang tercipta dari penyurutan air laut
itu. Siapa saja bisa menyaksikan detik-detik keajaiban laut terbelah dan tidak
heran pula jika pada saat itu banyak orang berlomba-loma melintasi jalur
daratan tersebut dan merayakannya bersama teman dari arah berseberangan daratan
kepulauan Jindo dan Modo. Tidak kurang pula banyak yang mengambil kesempatan
mencari dan mengutip hasil lautan lainnya.
"Ini
adalah keajaiban yang tidak mungkin dapat disaksikan di tempat lain. Dalam
sekejap mata, laut terbelah dan memperlihatkan dasar lautnya. Tak ada ucapan
yang dapat menggambarkan besarnya ketakjuban menyaksikan kehidupan laut seperti
kerang, kepah dan biota laut yang sebelum ini hidup di dasarnya, tiba-tiba
timbul," kata wisatawan lokal, Cho Eun-Jun yang dikutip media setempat
belum lama ini.
Sebenarnya,
tidak banyak yang mengetahui mengenai kejadian fenomena itu hingga pada 1975,
ketika seorang duta Prancis saat itu, Pierre Randi, mengunjungi Korea Selatan
dan menulis mengenai peristiwa ajaib ini dalam sebuah koran negaranya. Akan
tetapi, seperti peristiwa aneh lainnya, ada kisah atau mitos rakyat setempat di
balik fenomena itu. Ini dikaitkan dengan sebuah desa di pulau Jindo yang
diserang harimau yang menyebabkan penduduk melarikan diri ke pulau Modo untuk
berlindung.
Celakanya,
seorang nenek tua, Pong, yang tidak berdaya tertinggal. Dalam kondisi serba
terdesak dia meminta pertolongan Dewa Laut, yang kemudian memisahkan laut dan
membantu wanita renta malang itu lari meloloskan diri dari hewan buas tersebut.
Ketika laut terbelah, banyak penduduk berlari menuju Modo, memainkan gendang
dalam upaya mereka mencari sang nenek tua yang akhirnya meninggal dunia. Tapi
sebelum mati, wanita ini sempat membisikkan: "Doaku dikabulkan. Jalan laut
terbuka dan aku dapat melihat kalian semua. Kini, asaku sudah terlaksana.Aku
bisa meninggal dengan tenang." Nama asal daerah itu, Hodong, kemudian
ditukar menjadi Hoedong, bermakna ‘Kampung Orang yang Kembali’, untuk
mengingati kisah nenek Pong.
Hal
tersebut merupakan cerita rakyat dari daerah tersebut, jika kaitkan dalam ilmu
oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena
pasang surut air laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi
pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan
permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat
pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, dan gejala ini mudah dilihat secara
visual.
Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
Hal
ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan
pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal
tide). Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang
dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal
(diurnal tide).
Jika
dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan
pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan
tersebut merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi
ketika bulan purnama penuh, ini disebut pasang surut perbani (spring tide),
sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut anak (neap tide)
Sungai Dalam Laut
"Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqon:5)
Nah kawan, dalam pelajaran Geografi dijelaskan kalo sungai air tawar yang memanjang membelah daratan itu ujung2nya pasti ketemu laut. Itu berarti, sungai dan laut, gak pernah duduk bareng. Disungai gak ada laut, gituh juga sebaliknya. Tapi ternyata, di Cenote Angelita, Mexico ada sebuah gua yang cukup unik. Di Kedalaman 30, airnya air segar (tawar), namun dikedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin.
Nah kawan, dalam pelajaran Geografi dijelaskan kalo sungai air tawar yang memanjang membelah daratan itu ujung2nya pasti ketemu laut. Itu berarti, sungai dan laut, gak pernah duduk bareng. Disungai gak ada laut, gituh juga sebaliknya. Tapi ternyata, di Cenote Angelita, Mexico ada sebuah gua yang cukup unik. Di Kedalaman 30, airnya air segar (tawar), namun dikedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin.
Udah gituh ada
sebuah "sungai" di dasarnya lengkap dengan pohon dan daun-daunan.
Peristiwa model gini yang bikin puyeng Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli
Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis.
Costeau
udah malang melintang didunia selam menyelam. Orang tua yang berambut putih
ini sepanjang hidupnya doyan banget menyelam ke berbagai dasar samudera di
seantero dunia dan membuat Film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut
untuk ditonton diseluruh dunia dalam tayangan TV Discovery. Nah, suatu hari
ketika lagi asyik-asyiknya eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau
menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya
karena tidak bercampur dengan air laut yang asin disekelilingnya . Seolah-olah
ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena
ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab
terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir,
jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktupun
terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan
jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai
pada suatu hari ia bertemu dengan seorang Profesor Muslim, kemudian ia
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Qur'an
tentang bertemunya dua lautan(Q.S Ar-Rahman:19-20) yang sering diidentikan
dengan terusan Suez. Ayat itu yang artinya berbunyi " Dia biarkan dua
lautan bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus".
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 diatas.
Selain
itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak
bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, dimana terjadi
pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu
tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang artinya
berbunyi : " Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal
dimuara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah
Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya melihat
keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an
ini mustahil disusun oleh Muhammad SAW yang hidup di abad ke 7, suatu zaman
saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh
terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang
Fenomena ganjil 14 abad yang silam.
Akhirnya
terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang
sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah yang seluruh kandungannya
mutlak benar. Dengan seketika diapun memeluk islam. Subhanallah !
Penjelasan Ilmiah Sungai Dalam
Laut
Banyak yang coba
ngasih penjelasan ilmiah tentang tiga keganjilan yang ditemui dalam gua Cenote
Angelita, Mexico. Berikut salah satunya.
Pertama, air asin dan air tawar tidak bercampur
karena sebuah fenomena yang disebut Halocline. Halocline adalah sebuah zona vertikal
didalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan
kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga
zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air
tawar .
Kedua, sungai dibawah laut. Sebenarnya sungai
tersebut adalah lapisan Hidrogen Sulfida yang membentuk kabut/awan tebal yang
membuat ilusi sungai. Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon
atau Organisme yang membusuk didasar Cenote.
Ketiga, pohon di bawah laut. Karena Cenote
terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada batang pohon dan dedaunan yang
jatuh kedalam dasar Cenote.
Terlepas dari
berbagai penjelasan ilmiah, yang pasti kita yakin bahwa fenomena unik yang ada
di alam adalah bagian dari kebesaran Allah SWT seperti dijelaskan dalam Al
Qur'an. Dan kewajiban kita untuk mengimaninya dengan atau tanpa penjelasan
ilmiah.
Misteri `Lingkaran Peri` di Laut
Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?
Pola-pola
berbentuk cincin terbentuk di dasar Laut Baltik, tepatnya di lepas pantai Pulau
Mon, Denmark.
Cincin-cincin
yang terbentuk di sela tanaman laut (eelgrass) -- lebarnya bisa mencapai 15
meter -- terkadang bisa jelas terlihat dari permukaan air laut yang jernih.
Formasi tersebut kali pertama terjepret kamera para wisatawan pada 2008, lalu
2011. Memicu spekulasi yang biasanya mengiringi kemunculan crop circle atau
lingkaran tanaman di lahan-lahan pertanian. Kini, misteri penyebab terbentuknya
pola-pola unik itu terkuak. Ternyata, tak ada kaitan dengan alien atau pendaratan
UFO.
Ahli
biologi, Marianne Holmer dari University of Southern Denmark dan koleganya,
Jens Borum dari University of Copenhagen meyakinkan, "lingkaran itu tak
ada kaitannya dengan kawah bom atau situs pendaratan alien," demikian
Liputan6.com kutip dari situs Huffington Post, 3 Februari 2014. Penjelasan
mereka disajikan lengkap di jurnal ilmiah Marine Biology.
"Juga
tak ada kaitan dengan peri, yang di masa lalu selalu jadi pihak tertuduh saat
muncul fenomena serupa di daratan. Lingkaran peri di rerumputan jadi contoh
terkenal," kata Holmer dan Borum dalam sebuah pernyataan.
Lalu, apa
penyebabnya? Jawabannya adalah 'racun'.
Para
ahli biologi menyimpulkan, lingkaran-lingkaran itu terbentuk akibat pola memancar di mana
eelgrass tumbuh -- lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar
eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi.
Zat yang bisa meracuni eelgrass bisa
terbentuk secara alami di dasar laut berkapur seperti di Mon. Atau, secara
tidak alami saat racun pertanian masuk ke ekosistem laut. "Kebanyakan
lumpur tersapu dari bagian yang tandus, dasar laut berkapur. Namun, seperti
halnya pohon menangkap tanah di lereng bukit gundul, eelgrass memerangkap
lumpur," jelas Holmer dan Borum. "Oleh karena itu ada konsentrasi
tinggi lumpur kaya sulfida antara tanaman eelgrass."
Meski
mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia
mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran.
Eelgrass dewasa yang sehat bisa bertahan dari paparan sulfida di lingkungannya
--di pinggir lingkaran. Namun, tanaman tua di jantung koloni mati.
"Hasilnya adalah bentuk
melingkar yang luar biasa, di mana hanya tanaman di tepi lingkaran yang
bertahan -- seperti lingkaran peri di rumput," jelas Holmer dan Borum
menambahkan . Lingkaran peri di darat misalnya yang memenuhi padang rumput
Gurun Namibia, Afrika -- yang tenar dengan sebutan 'lingkaran peri'.
Hipotesis pun bermunculan, ada yang
menduga itu ulah semut atau rayap, juga gas dari tanah yang mematikan rumput.
Kini muncul titik terang, pola tersebut kemungkinan besar muncul karena sebab
alami: sengitnya kompetisi rumput di bawah permukaan tanah
Crop Circle Bawah Laut
Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
Suatu hari, seorang fotografer
Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin tahunannya, menyelam di Samudera
Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap
hal yang tak biasa. Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter
tercetak di hamparan pasir dasar laut sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan
pola crop circle. Dalam 50 tahun karir profesionalnya sebagai fotografer bawah
laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret
temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
Tak ada kaitan dengan UFO, atau
kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air, tim menemukan "seniman"
yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu, meski
beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang. Lalu bagaimana ikan itu
bekerja. Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak
kenal lelah, siang malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu
siripnya.
Pasir berpola itu untuk menarik
perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan
pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal
itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop
circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah
benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
Para ahli mengungkapkan, makin
tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola geometris, makin tinggi kesempatan
ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang ditata di pinggir
lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru
menetas. (Ein/Rmn)
NAMA
|
IQBAL NAUFAL KHALIS NST
|
NIM
|
1404110426
|
JURUSAN
|
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN A |
RESUME OSEANOGRAFI
1. Fenomena Laut Terbelah di Korea
Fenomena laut
terbelah ini terjadi di Pulau Jindo yang terletak di sebelah barat semenanjung
Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Persitiwa
membelahnya laut ini terjadi 2 kali dalam setahun yang berlangsung lebih kurang
selama 60 menit. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga
kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter yang dapat menghubungkan pulau Jindo
dan pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Peristiwa ini biasanya
terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat. Jika dikaitkan dalam ilmu
oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena
pasang surut air laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi
pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan
permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat
pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa,dan gejala ini mudah dilihat secara
visual. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang
surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian
ganda Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan
satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal.
2.
Sungai Dalam
Laut
"Dan Dialah
yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar
dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqon:53). Dari penggalan ayat tersebut
sudah cukup membuktikan bahwa Allah SWT menciptakan dunia dan seisinya
sesempurna dan sedetail mungkin, semua yang ada dibumi telah dijelaskan di
dalam Al-Quran. Fenomena sungai di dalam laut ini merupakan tanda kebesaran
nya. Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli oseanografi asal perancis yang
terkejut dengan fenomena tersebut dan mendorongnya untuk mencari penyebab
terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Berikut penjelasan
bagaimana terjadinya sungai di dalam laut, antara lain yaitu : Pertama, air asin dan air tawar tidak
bercampur karena sebuah fenomena yang disebut Halocline. Halocline adalah
sebuah zona vertikal didalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat
sejalan dengan perubahan kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan
mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding
pemisah antara air asin dan air tawar . Kedua,
sungai dibawah laut Sebenarnya sungai tersebut adalah lapisan Hidrogen Sulfida
yang membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai. Lapisan Hidrogen
Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk didasar
Cenote. Ketiga, pohon di bawah laut.
Karena Cenote terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada batang pohon dan
dedaunan yang jatuh kedalam dasar Cenote.
Pola pola berbentuk
cincin atau lingkaran peri dan crop circle di dalam laut merupakan peristiwa
alam yang jarang ditemukan. Manusia sempat beranggapan bahwa itu merupakan
bekas kawah bom atau pendaratan alien. Namun Para ahli biologi menyimpulkan
bahwa lingkaran-lingkaran peri itu terbentuk akibat pola memancar di mana
eelgrass tumbuh lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar
eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi. Meski mirip rumput laut,
eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke
luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Sedangkan pada
crop circle yang berada di dalam laut terbentuk karena ulah seniman bawah laut
yaitu ikan buntal (puffer fish). Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa
centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang malam membuat pola geometris
hanya dengan menggunakan satu siripnya. Pasir berpola itu untuk menarik
perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan
pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal
itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop
circle bawah laut juga punya fungsi praktis,pasir yang dibentuk tinggi adalah
benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
0 komentar:
Posting Komentar