Jumat, 15 Mei 2015

Tugas Resume Pengantar Oseanografi

Fenomena Laut Terbelah di Korea
Tentunya kita masih ingat tentang kisah Nabi Musa yang memiliki mukjizat tongkatnya mampu membelah Laut Merah dan  membawa pengikutnya yang taat kepada Allah melarikan diri dari kekejaman Firaun yang memerintah Mesir.
Kejadian seperti itu hampir mirip dengan kejadian yang terjadi di Korea Selatan setiap 2 tahunnya, akan tetapi ini sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di Korea Selatan karena perkataan terbelah dan membelah sendiri memiliki makna yang berbeda. Kejadian laut terbelah di Korea Selatan disebabkan karena faktor alami sedangkan upaya Nabi Musa membelah Laut Merah pada tanggal 10 Muharam dengan tongkatnya karena disebabkan mukjizat yang dikuruniakan Allah SWT. Yang pasti, kedua kejadian hampir mirip itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Berikut penjelasan mengenai laut terbelah di Korea Selatan:

Tepatnya di Pulau Jindo terletak di sebelah barat Semenanjung Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Pulau ini merupakan yang terbesar ketiga di negara ginseng tersebut dan terletak berdekatan dengan pulau Jejudo dan Geojodo.


Setiap 2 tahunnya, terjadi fenomena alam yang sangat menarik di Pulau Jindo. Dinas Pariwisata setempat menyebutnya sebagai  Miracle . Laut yang dipenuhi air laut tiba-tiba surut atau mengering. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter. Fenomena alam ini terjadi kurang lebih sekitar satu jam.
Surutnya air laut ini menghasilkan daratan yang menghubungan Pulau Jindo dan Pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Selama air laut surut, orang bisa berjalan kaki dari Pulau Jindo ke Pulau Modo. Tetapi, tentu saja, harus diperhitungan dengan cermat mengingat surutnya air laut ini hanya 60 menit. Setelah itu, tanah/pasir laut akan kembali ditutupi oleh air laut.
Kejadian ajaib ini hanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini biasanya terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat Proses ini menghasilkan jalur bagi dua daratan terpisah yang sebelumnya tenggelam di bawah air. Dinas Pariwisata setempat memanfaatkan fenomena alam ini dengan menggelar pesta besar-besaran yang dikenal sebagai “Jindo Yeongdeung Festival” atau Pesta Laut Terbelah Jindo. Pesta Laut Terbelah Jindo ini selalu diselenggarakan tiga kali setahun yaitu pada Maret atau Mei serta Juli. Bagaimanapun, sambutan wisatawan lokal dan mancanegara sungguh luarbiasa sehingga menyebabkan pihak pemerintah memutuskan untuk turut merayakan pesta laut terbelah di Pulau Jindo tersebut pada bulan April. Sambutan wisatawan lokal dan mancanegara jumlahnya bahkan bisa mencapai 400.000 orang. Event ini tentu bisa menghasilkan devisa karena para turis harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati Moses’ Miracle.
Perayaan itu juga membolehkan wisatawan menikmati berbagai kegiatan mendulang pengalaman di laut dan menyaksikan pemandangan unik serta budaya masyarakat pulau Jindo. Pesta itu diselingi dengan tembang tradisional masyarakat Jindo dan pagelaran sendra tari khas Korea, Ganggangsullae, turut dipersembahkan. Semua dipersembahkan kepada wisatawan sepanjang berlangsungnya perayaan termasuk pertunjukan kembang api, psinar laser, persembahan musik tradisional serta permainan khas Korea lainnya.
Untuk memperoleh pemandangan paling menarik laut terbelah dan membentuk jalur jalan yang bisa dilewati, masyarakat dan wisatawan dapat menikmati bahkan berjalan-jalan sendiri di jalur jalan yang tercipta dari penyurutan air laut itu. Siapa saja bisa menyaksikan detik-detik keajaiban laut terbelah dan tidak heran pula jika pada saat itu banyak orang berlomba-loma melintasi jalur daratan tersebut dan merayakannya bersama teman dari arah berseberangan daratan kepulauan Jindo dan Modo. Tidak kurang pula banyak yang mengambil kesempatan mencari dan mengutip hasil lautan lainnya.
"Ini adalah keajaiban yang tidak mungkin dapat disaksikan di tempat lain. Dalam sekejap mata, laut terbelah dan memperlihatkan dasar lautnya. Tak ada ucapan yang dapat menggambarkan besarnya ketakjuban menyaksikan kehidupan laut seperti kerang, kepah dan biota laut yang sebelum ini hidup di dasarnya, tiba-tiba timbul," kata wisatawan lokal, Cho Eun-Jun yang dikutip media setempat belum lama ini.
Sebenarnya, tidak banyak yang mengetahui mengenai kejadian fenomena itu hingga pada 1975, ketika seorang duta Prancis saat itu, Pierre Randi, mengunjungi Korea Selatan dan menulis mengenai peristiwa ajaib ini dalam sebuah koran negaranya. Akan tetapi, seperti peristiwa aneh lainnya, ada kisah atau mitos rakyat setempat di balik fenomena itu. Ini dikaitkan dengan sebuah desa di pulau Jindo yang diserang harimau yang menyebabkan penduduk melarikan diri ke pulau Modo untuk berlindung.
Celakanya, seorang nenek tua, Pong, yang tidak berdaya tertinggal. Dalam kondisi serba terdesak dia meminta pertolongan Dewa Laut, yang kemudian memisahkan laut dan membantu wanita renta malang itu lari meloloskan diri dari hewan buas tersebut. Ketika laut terbelah, banyak penduduk berlari menuju Modo, memainkan gendang dalam upaya mereka mencari sang nenek tua yang akhirnya meninggal dunia. Tapi sebelum mati, wanita ini sempat membisikkan: "Doaku dikabulkan. Jalan laut terbuka dan aku dapat melihat kalian semua. Kini, asaku sudah terlaksana.Aku bisa meninggal dengan tenang." Nama asal daerah itu, Hodong, kemudian ditukar menjadi Hoedong, bermakna ‘Kampung Orang yang Kembali’, untuk mengingati kisah nenek Pong.
Hal tersebut merupakan cerita rakyat dari daerah tersebut, jika kaitkan dalam ilmu oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, dan gejala ini mudah dilihat secara visual.


Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal (diurnal tide).
Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama penuh, ini disebut pasang surut perbani (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut anak (neap tide)





Sungai Dalam Laut

"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqon:5)
Nah kawan, dalam pelajaran Geografi dijelaskan kalo sungai air tawar yang memanjang  membelah daratan itu ujung2nya pasti ketemu laut. Itu berarti, sungai dan laut, gak pernah duduk bareng. Disungai gak ada laut, gituh juga sebaliknya. Tapi ternyata, di Cenote Angelita, Mexico ada sebuah gua yang cukup unik. Di Kedalaman 30, airnya air segar (tawar), namun dikedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin.
 

Udah gituh ada sebuah "sungai" di dasarnya lengkap dengan pohon dan daun-daunan. Peristiwa model gini yang bikin puyeng Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis.




Costeau udah malang melintang didunia selam menyelam. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya doyan banget menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat Film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton diseluruh dunia dalam tayangan TV Discovery. Nah, suatu hari ketika lagi asyik-asyiknya eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin disekelilingnya . Seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktupun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang Profesor Muslim, kemudian ia menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Qur'an tentang bertemunya dua lautan(Q.S Ar-Rahman:19-20) yang sering diidentikan dengan terusan Suez. Ayat itu yang artinya berbunyi " Dia biarkan dua lautan bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus". Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 diatas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, dimana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang artinya berbunyi : " Keluar dari keduanya mutiara dan marjan." Padahal dimuara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini mustahil disusun oleh Muhammad SAW yang hidup di abad ke 7, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang Fenomena ganjil 14 abad yang silam.
Akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika diapun memeluk islam. Subhanallah !

Penjelasan Ilmiah Sungai Dalam Laut
Banyak yang coba ngasih penjelasan ilmiah tentang tiga keganjilan yang ditemui dalam gua Cenote Angelita, Mexico. Berikut salah satunya.
Pertama, air asin dan air tawar tidak bercampur karena sebuah fenomena yang disebut Halocline. Halocline adalah sebuah zona vertikal didalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar .
Kedua, sungai dibawah laut. Sebenarnya sungai tersebut adalah lapisan Hidrogen Sulfida yang membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai. Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau Organisme yang membusuk didasar Cenote.
Ketiga, pohon di bawah laut. Karena Cenote terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada batang pohon dan dedaunan yang jatuh kedalam dasar Cenote.

Terlepas dari berbagai penjelasan ilmiah, yang pasti kita yakin bahwa fenomena unik yang ada di alam adalah bagian dari kebesaran Allah SWT seperti dijelaskan dalam Al Qur'an. Dan kewajiban kita untuk mengimaninya dengan atau tanpa penjelasan ilmiah. 




Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?



Pola-pola berbentuk cincin terbentuk di dasar Laut Baltik, tepatnya di lepas pantai Pulau Mon, Denmark.
Cincin-cincin yang terbentuk di sela tanaman laut (eelgrass) -- lebarnya bisa mencapai 15 meter -- terkadang bisa jelas terlihat dari permukaan air laut yang jernih. Formasi tersebut kali pertama terjepret kamera para wisatawan pada 2008, lalu 2011. Memicu spekulasi yang biasanya mengiringi kemunculan crop circle atau lingkaran tanaman di lahan-lahan pertanian. Kini, misteri penyebab terbentuknya pola-pola unik itu terkuak. Ternyata, tak ada kaitan dengan alien atau pendaratan UFO.
Ahli biologi, Marianne Holmer dari University of Southern Denmark dan koleganya, Jens Borum dari University of Copenhagen meyakinkan, "lingkaran itu tak ada kaitannya dengan kawah bom atau situs pendaratan alien," demikian Liputan6.com kutip dari situs Huffington Post, 3 Februari 2014. Penjelasan mereka disajikan lengkap di jurnal ilmiah Marine Biology.
"Juga tak ada kaitan dengan peri, yang di masa lalu selalu jadi pihak tertuduh saat muncul fenomena serupa di daratan. Lingkaran peri di rerumputan jadi contoh terkenal," kata Holmer dan Borum dalam sebuah pernyataan.
Lalu, apa penyebabnya? Jawabannya adalah 'racun'.
Para ahli biologi menyimpulkan, lingkaran-lingkaran itu  terbentuk akibat pola memancar di mana eelgrass tumbuh -- lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi.
            Zat yang bisa meracuni eelgrass bisa terbentuk secara alami di dasar laut berkapur seperti di Mon. Atau, secara tidak alami saat racun pertanian masuk ke ekosistem laut. "Kebanyakan lumpur tersapu dari bagian yang tandus, dasar laut berkapur. Namun, seperti halnya pohon menangkap tanah di lereng bukit gundul, eelgrass memerangkap lumpur," jelas Holmer dan Borum. "Oleh karena itu ada konsentrasi tinggi lumpur kaya sulfida antara tanaman eelgrass."
Meski mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Eelgrass dewasa yang sehat bisa bertahan dari paparan sulfida di lingkungannya --di pinggir lingkaran. Namun, tanaman tua di jantung koloni mati.
            "Hasilnya adalah bentuk melingkar yang luar biasa, di mana hanya tanaman di tepi lingkaran yang bertahan -- seperti lingkaran peri di rumput," jelas Holmer dan Borum menambahkan . Lingkaran peri di darat misalnya yang memenuhi padang rumput Gurun Namibia, Afrika -- yang tenar dengan sebutan 'lingkaran peri'.
            Hipotesis pun bermunculan, ada yang menduga itu ulah semut atau rayap, juga gas dari tanah yang mematikan rumput. Kini muncul titik terang, pola tersebut kemungkinan besar muncul karena sebab alami: sengitnya kompetisi rumput di bawah permukaan tanah

Crop Circle Bawah Laut


Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
              Suatu hari, seorang fotografer Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin tahunannya, menyelam di Samudera Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap  hal yang tak biasa. Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir dasar laut sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan pola crop circle. Dalam 50 tahun karir profesionalnya sebagai fotografer bawah laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
              Tak ada kaitan dengan UFO, atau kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air, tim menemukan "seniman" yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu, meski beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang. Lalu bagaimana ikan itu bekerja. Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya.
              Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
              Para ahli mengungkapkan, makin tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola geometris, makin tinggi kesempatan ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang ditata di pinggir lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru menetas. (Ein/Rmn)





NAMA
IQBAL NAUFAL KHALIS NST
NIM
1404110426
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN A

RESUME OSEANOGRAFI

1.      Fenomena Laut Terbelah di Korea
Fenomena laut terbelah ini terjadi di Pulau Jindo yang terletak di sebelah barat semenanjung Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Persitiwa membelahnya laut ini terjadi 2 kali dalam setahun yang berlangsung lebih kurang selama 60 menit. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter yang dapat menghubungkan pulau Jindo dan pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Peristiwa ini biasanya terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat. Jika dikaitkan dalam ilmu oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa,dan gejala ini mudah dilihat secara visual. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal.

2.      Sungai Dalam Laut
"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqon:53). Dari penggalan ayat tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Allah SWT menciptakan dunia dan seisinya sesempurna dan sedetail mungkin, semua yang ada dibumi telah dijelaskan di dalam Al-Quran. Fenomena sungai di dalam laut ini merupakan tanda kebesaran nya. Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli oseanografi asal perancis yang terkejut dengan fenomena tersebut dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Berikut penjelasan bagaimana terjadinya sungai di dalam laut, antara lain yaitu : Pertama, air asin dan air tawar tidak bercampur karena sebuah fenomena yang disebut Halocline. Halocline adalah sebuah zona vertikal didalam laut dimana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar . Kedua, sungai dibawah laut Sebenarnya sungai tersebut adalah lapisan Hidrogen Sulfida yang membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai. Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk didasar Cenote. Ketiga, pohon di bawah laut. Karena Cenote terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada batang pohon dan dedaunan yang jatuh kedalam dasar Cenote.

3.      Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?
Pola pola berbentuk cincin atau lingkaran peri dan crop circle di dalam laut merupakan peristiwa alam yang jarang ditemukan. Manusia sempat beranggapan bahwa itu merupakan bekas kawah bom atau pendaratan alien. Namun Para ahli biologi menyimpulkan bahwa lingkaran-lingkaran peri itu terbentuk akibat pola memancar di mana eelgrass tumbuh lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi. Meski mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Sedangkan pada crop circle yang berada di dalam laut terbentuk karena ulah seniman bawah laut yaitu ikan buntal (puffer fish). Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya. Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop circle bawah laut juga punya fungsi praktis,pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus laut, melindungi telur agar tak tersapu air.

0 komentar:

Posting Komentar