1.1 Latar Belakang
Dunia
ikan dapat dibagi dalam dua bagian grup yaitu ikan yang tidak berahang
(Agnatha) dan ikan yang Berahang (Gnathostomata). Kedua grup ikan tersebut
kemudian dikelompokkan dalam tiga kelas utama, yaitu kelas Cephalospidomophi,
kelas Condrichthyes, dan kelas Osteichthyes.
Kelompok lainnya
dinamakan ikan bertulang sejati, karena tulangnya sebagian besar terbuat dari
pada tulang, mempunyai tutup insang. Sisik biasanya dari jenis cycloid dan
ctenoid berupa keping-keping tulang tipis. Osteichthyes dibagi lagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu : Palaeopterygii,
terdiri dari ikan‑ikan yang primitif, dan Neopterygii
terdiri dari ikan‑ikan yang modern, yaitu ikan‑ikan Ganoid dan Teleostei.
Ikan
adalah hewan vertebrata yang hidup di air, bernafas dengan insang, bergerak
dengan sirip, bersifat poikiloterm dan memiliki linnea lateralis. Pada bagian
morfologi ikan, dapat dilihat secara jelas dan dapat dibedakan langsung
bagian-bagian tubuhnya. Ditinjau dari morfologinya, tubuh ikan dibagi atas tiga
bagian, yakni kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (caudal). Bagian kepala
yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga ujung operkulum (tutup insang)
paling belakang. Pada ikan bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi
oleh sistem rangka, sistem otot dan habitat dimana ikan hidup karena beberapa
spesies akan mengalami perubahan bentuk tubuh secara berangsur-angsur, mulai
dari larva hingga dewasa sehingga bentuknya menyerupai bentuk induknya. Antara
jenis yang satu dengan jenis lainnya berbeda- beda. Perbedaan bentuk tubuh ini
pada umumnya disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya
Bentuk badan ikan dapat memberikan informasi yang meyakinkan
mengenai ekologi dan perilakunya. Sistim anatomi ikan secara garis besar dapat dikatakan
sama, tetapi karena habitat atau tepat hidupnya berbeda, tidak jarang sistim
anatomi ikan terssebut dapat termodifikasi baik bentuk dan fungsinya.
Ikan
hidup dibeberapa habitat yaitu: tawar, payau, dan laut dengan memiliki
ciri-ciri yang berbeda. Dalam praktikum ikhtiologi ini disediakan 10 ekor ikan,
dimana 5 ekor ikan tawar dan 5 ekor ikan laut, namun belum ada informasi lebih
akurat dan efektif tentang ikan tersebut dilihat dari bentuk tubuh, bentuk
mulut, linnea lateralis, sirip, dan bentuk ekor, serta habitat masing-masing
ikan tersebut. Berdasarkan
hal di atas penulis tertarik melakukan praktikum ikhtiologi dengan judul
”Pengenalan Morfologi Spesies Ikan Berbeda”
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum
yang berjudul “Pengenalan Morfologi Spesies Ikan Berbeda”, adalah untuk mengetahui
beberapa bentuk ikan air tawar maupun ikan air laut yang dilihat dari
morfologinya, serta melatih mahasiswa dalam mengidentifikasi ikan yang
dipraktikumkan.
Manfaat dari
praktikum ini adalah agar mahasiswa mendapatkan informasi tentang beberapa jenis ikan yang
disediakan oleh laboratorium, serta untuk mengetahui jenis–jenis ikan ekonomis yang ada
di daerah sekitar Pekanbaru.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman jenis ikan
(Pisces) di Indonesia sangat tinggi, sedikitnya terdapat 7.000 jenis baik ikan
laut maupun tawar. Untuk menentukan berapa jumlah jenis tersebut maka
dibutuhkan suatu keahlian bidang taksonomi (Biosistematik). Salah satu bagian
penting dari taksonomi adalah Teknik Identifikasi.
Dalam pelaksanaannya, mengidentifikasi suatu jenis ikan bukanlah hal yang mudah
karena memerlukan suatu metoda, peralatan tertentu (kaliper, kaca pembesar,
mikroskup, dan lainnya); buku atau pustaka mengenai taksonomi, pengenalan
jenis, dan pustaka terkait (Haryono, 2009).
Secara teori para ahli memperkirakan ada
sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami
permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik
laut, payau dan perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah
Riau diperkirakan mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara
spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan
dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar
pengklasifikasian (Manda et
al, 2005).
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi
ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan
dengan habitat ikan tersebut di perairan (Wahyuningsih dan barus, 2006).
Pengenalan struktur ikan tidak
terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri
yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi
ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. (Wahyuningsih
dan barus, 2006).
Semua ukuran yang digunakan merupakan
pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan
badan. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir
(premaxillae) hingga ujung ekor. Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian
terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor
(pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut
biasanya memanjang sampai ke sirip ekor. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari
bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga bagian terbelakang operculum
atau membran operculum (Jeffri, 2010).
Identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan
mengenal ciri-ciri yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari
perbedaan-perbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang
nampaknya sama. Identifikasi Ikan mungkin menjadi cukup sulit dilakukan oleh
orang kebanyakan. Saat identifikasi hanya mengandalkan pola warna (colour
pattern) hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan, mengingat warna dapat
saja berubah berdasarkan atas umur individu, maupun kondisi phisiologis dari
ikan tersebut. Karakter penting untuk
identifikasi ikan juga meliputi jumlah dari spine,dan rays pada sirip yang
berbeda, jumlah sisik sepanjang linea lateralis, bentuk kepala, bentuk sirip,
dan lain sebagainya (Taufik, 2011).
Sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan ada yang
tidak. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubu disebut sirip tunggal atau
sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan.
Macam macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut.
Bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris yaitu bentuk membulat, bentuk persegi
atau tegak, bentuk sedikit cekung atau berlengkuk tunggal, bentuk bulan sabit,
bentuk bercagak, bentuk meruncing dan bentuk lanset (Wahyuningsih dan
barus, 2006).
Kulit terdiri atas lapisan luar (epidermis) dan lapisan
dalam yang disebut dermis (porium). Epidermis selalu basah karena adanya lendir
yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat diseluruh
permukaan tubuhnya. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air agar
ikan dapat beranang lebih cepat, mencegah infeksi, menutup luka, sebagai
lapisan semi permiable yang menghambat masuk keluarnya air melalui kulit
(Rahardjo dkk, 2011).
Selais (Cryptopterus bichirrhis), Ikan selais
kryptopterus atau lebih dikenal dengan nama Selais biasa merupakan salah satu
bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang
hidup secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat
penting. Ikan ini telah menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Bentuk tubuh ikan bilateral simetris yaitu berbentuk pipih compresed. Ujung
kepala lancip , mempunyai posisi mulut
terminal. Ikan mempunyai gurat sisi di sepanjang tubuhnya serta bersisik. Sungut pada
ikan selais berukuran pendek, tebal dan berkait (Penuntun Praktikum Ichthyology, 2014).
Mas (Cyprinus carpio), ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang
dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala
(terminal) dan dapat disembulkan (protactile). Dibagian anterior mulut terdapat
dua pasang sungut, secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik
tipe sikloid (lingkaran), sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian
belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat)
bergerigi. Letak sirip punggung bersebarangan dengan permukaan sirip perut
(ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri-ciri sepeti sirip punggung,
yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis gurat sisi (linea
lateralis) berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup
insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Amri, 2008).
Sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis), memiliki tubuh yang
ditutupi oleh sisik keras kecuali bagian perutnya, bentuk tubuh pipih, kepala
lebar, mulut terletak dibagian kepala dan berbentuk cakram, memiliki
adipose fin yang berduri (Kottelat et al 1993). Semua sirip kecuali
sirip ekor, selalu diawali dengan jari-jari keras. Sirip punggung lebar dengan
7 jari-jari lemah (Hypostomus sp)
atau 10-13 jari-jari lemah (Hyposarcuc paradalis)
(Kottelat et al 1993).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 06 April 2015 pukul 13:00-15:00 WIB. Adapun pratikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam,
Pekanbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan adalah nampan, sarung tangan, alat tulis, tissue, serbet dan masker. Sedangan bahan yang digunakan adalah beberapa dari jenis ikan komersil yang
ada di Pekanbaru, yaitu
ikan selais (Cryptopterus bichirrhis), ikan sapu sapu (Hyposarcus pardalis), dan ikan mas (Cyprinus carpio)
3.3 Metode Praktikum
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini
adalah metode pengamatan secara langsung. dimana data dan informasi yang
dibutuhkan dapat diperoleh dengan cara mengamati secara langsung di Laboratorium
Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.4 Prosedur Pratikum
Adapun
prosedur kerja pada praktikum ini yaitu praktikan menggambar
ikan sampel yang terdapat di nampan pada meja praktek
ke dalam buku penuntun praktikum, minimal 3 jenis ikan yang berbeda. Pada sudut
kanan atas gambar, praktikan menulis klasifikasi ikan dari Kelas sampai Spesies. Pada bagian bawah gambar, lengkapi dengan
deskripsi ikan yang telah gambar, mulai dari bentuk tubuh ikan; posisi dan bentuk mulut;
ukuran rostrum (moncong); kondisi bibir; posisi mata; sisik pada tubuh; linea lateralis;
sirip-sirip; serta modifikasi sirip jika ada.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Klasifikasi Ikan Selais (Cryptopterus
bichirrhis)
Ikan Selais adalah jenis
ikan yang habitatnya berasal dari air tawar. Dimana klasifikasi dari pada ikan tersebut
adalah sebagai berikut :
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Siluriformes
Family : Siluridae
Genus : Cryptopterus
Spesies : Cryptopterus bichirrhis
Adapun ukuran ikan selais (Cryptopterus bichirhris) yang
dipraktikumkan adalah sebagai berikut : TL = 6,5 cm, BdH = 1 cm, FL = 5,8 cm, HdL = 1 cm, SL = 5,5 cm
Gambar 1. Ikan Selais (Cryptopterus bichirrhis)
4.1.2 Klasifikasi Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis)
Ikan Sapu-sapu adalah jenis
ikan yang habitatnya berasal dari air tawar. Dimana klasifikasi dari pada ikan
tersebut adalah sebagai berikut :
Kelas :
Pisces
Ordo : Siluriformes
Family : Loricariidae
Genus : Hyposarcus
Spesies : Hyposarcus pardalis
Adapun ukuran ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) yang dipraktikumkan
adalah sebagai berikut: TL = 12 cm, BdH = 2 cm, HDL = 2,5 cm, SL = 9 cm
Gambar
2. Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis)
4.1.3. Klasifikasi Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
Ikan mas adalah jenis ikan yang
habitatnya berasal dari air tawar. Dimana klasifikasi dari pada ikan tersebut
adalah sebagai berikut :
Kelas :
Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Adapun ukuran ikan mas (Cyprinus carpio) yang dipraktikumkan
adalah sebagai berikut: TL = 21 cm Bdh = 6,5 cm FL = 19 cm Hdl = 2,5 cm SL = 17
cm
Gambar
3. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
4.2 Pembahasan
4.2.2
Ikan Selais (Cryptopterus
bichirrhis)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, ikan selais
(Cryptopterus bichirrhis) memiliki bentuk tubuh bilateral
simetris dan kepala picak serta badan pipih, mata berada di kanan dan kiri,
mulut merupakan tipe superior dengan lubang hidung monorhinous.
Mempunyai linea lateralis sepanjang tubuh, tutup insang,
sirip dada sepasang, sirip perut, sirip ekor, sirip punggung, dan sirip anus.
Tetapi, ikan selais (Cryptopterus bichirrhis) tidak memiliki duri pelindung, gurat
sisi, finlet, scute, korselet, duri mata pisau dan keel. Sirip dorsalnya seperti rudimeter dan bentuk
ekor bercagak (forked).
4.2.3
Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, ikan sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis) memiliki tubuh yang ditutupi sisik keras kecuali bagian perutnya, bentuk kepala
pipih dan melebar, mulut terletak dibagian kepala dan berbentuk cakram,
memiliki adifose fin yang beduri.
Semua sirip berduri kecuali sirip ekor yang diawali dengan jari-jari keras. Sirip
punggung lebar dengan 10-13 jari-jari lemah. Warna tubuh cokelat atau abu-abu
dengan bintik-bintik hitam diseluruh tubuhnya. Ikan sapu-sapu (Hyposarcus
pardalis) mempunyai bentuk mulut tipe inferior , bentuk ekor berlekuk tunggal, serta
ukuran mulut yang besar dan
dapat digunakan sebagai alat penghisap dan menempel pada berbagai macam benda
di periaran.
4.2.4
Ikan Mas (Cyprinus
carpio)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa, bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan sedikit memipih
ke samping (compressed). Mulut tipe terminal dan dapat disembulkan (protaktil).
Di bibirnya yang lunak ada dua pasang sungut yang tidak bergerigi. Di bagian
dalam mulut ada gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak 3 baris geraham. Sirip
punggung ikan mas memanjang yang mana bagian permukaannya letaknya
berseberangan dengan permukaan sirip perut atau ventral. Sirip punggung ikan
mas (dorsal) berjari-jari keras dan bergerigi di bagian akhirnya. Pada bagian
belakang sirip dubur (anal) ikan mas ini juga berjari-jari keras dan pada
ujungnya bergerigi. Sirip ekor ikan mas seperti cagak memanjang simetris sampai
ke belakang tutup insang. Sisik ikan mas relatif besar dengan tipe sisik
lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis rusuk atau gurat sisi (linea
lateralis) ikan mas yang lengkap terletak di bagian tengah tubuh yang posisinya
melintang dari tutup insang hingga ke ujung belakang pangkal ekornya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pratikum kali ini dapat disimpulkan bahwa
sampel ikan yang diperoleh dari Laboratorium menunjukkan identifikasi ikan
dapat dilihat dari bentuk tubuh, bentuk mulut, linea lateralis, jenis jenis
sirip, dan bentuk ekor serta habitatnya terdapat keanekaragaman jenis-jenis
ikan. Keanekaragaman jenis ikan itu bisa kita lihat dari bentuk morfologinya
maupun ciri-cirinya dan klasifikasi dari pada ikan itu sendiri. Berdasarkan
ciri-ciri yang telah kita amati, maka kita dapat mengklasifikasikannya apakah
ikan tersebut masuk dalam kelas Agnatha atau Gnathostomata.
5.2 Saran
Pada waktu praktikum dilaksanakan, sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya saat mengidentifikasikan ikan ikan yang disediakan di Laboratorium agar praktikan dapat lebih memahami karakteristik masing masing ikan tersebut untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
(Cari sendiri ya, biar ada usaha sedikit) hiyahiya.
Warning : Pandai-pandailah dalam ilmu per-copas-an, admin tidak bertanggung jawab kalau laporan anda di coret asdos).
Pada waktu praktikum dilaksanakan, sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya saat mengidentifikasikan ikan ikan yang disediakan di Laboratorium agar praktikan dapat lebih memahami karakteristik masing masing ikan tersebut untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
(Cari sendiri ya, biar ada usaha sedikit) hiyahiya.
Warning : Pandai-pandailah dalam ilmu per-copas-an, admin tidak bertanggung jawab kalau laporan anda di coret asdos).
daftar pustakanya mana bg ?
BalasHapus