Featured Article

Kamis, 27 Maret 2014

Cara Mengubah Presentasi Powerpoint Menjadi Video



Nah, kali ini bang kumis akan ngeposting tentang bagaimana cara singkat ubah presentasi powerpint menjadi video.

Langkah - Langkah :

1. Kita siapkan dulu bahan presentasi yang kita ingin ubah menjadi video dan pastikan semua settingan slide transitionnya sudah di automatically






2. Setelah video sudah beres, nah disini kia disuruh membuat durasi waktu perpindahan dari slide satu ke slide yang lainnya, yaitu pilih slide show + klik Rehearse Timings





3. Kemudian muncul tabel recording, caranya yaitu jika tiap slide yang ditampilkan sudah selesai, lalu kita tekan spasi untuk perpindahan ke slide selanjutnya, begitu terus sampai slide terakhir, kalau sudah selesai, klik yes




4. Maka akan tampil seperti gambar dibawah, tekan F5 untuk melihat slideshownya,




5. Nah jika sudah selesai, maka kita akan ubahformat ppt ke video, Caranya : Pilih File + klik Save & Send + Create a video + klik Create Video



Atau dengan cara simpan satu lagi yaitu Pilih File + Save as + Pilih format type yang Windows Media Video + Save




6. Tinggal tunggu saja loading nya, memang memakan waktu yang cukup lama, jadi harus sabar menunggu, sambil makan cemilan biar tidak bosan :)




Itula cara mengubah ppt menjadi video, sangat mudah bukan..semoga khutbah yang singkat ini bermanfaat, ehh tutorial maksudnya hehe


Berikut video yang saya buat dari Microsoft Powerpoint 2010 :



Minggu, 23 Maret 2014

Mampukah Kita Membalas Cinta Rasulullah???


Cinta Rasulullah..


Assalamualaikum,



Siapa yang tidak tahu begitu besar rasa sayang rasulullah terhadap umatnya, Kisah ini menceritakan begitu sayangnya rasulullah kepada umatnya sampai di ujung akhir hayatnya beliau masih mengucapkan ummati, subhanallah



Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,

“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihNya. Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya. Kuwariskan 2 hal pada kalian, Al Quran dan Sunnahku. Barangsiapa mencintai sunnahku, berarti mencintaiku dan kelak orang yagn mencintaiku akan bersama sama masuk surga bersamaku”

Kutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengna berkaca kaca. Umar dadanya berdegubkencang menaha napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang. Ali menundukkan kepala dalam dalam…..Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba.

“Rasulullah akan meninggalkan kita semua” desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda tanda itu semakin kuat tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun mimbar.

Saat itu seluruh sahabat yang hadir serasa Manahan detik detik berlalu. Matahari kian tinggi, tetapi pintu Rasulullah masih tertutup. Di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan kening berkeringat dan membasahi pelepah kurma yagn menjadi alas tempat tidurnya.

Tiba tida dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya.

Tetapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk.

“Maafkanlah, tetapi ayahku sedang demam” kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukakan mata dan beratnya pada Fatimah.

“Siapakah itu, wahai putriku?”

“Aku tidak kenal ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu satu garis wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tetapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yagn sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara lemah.

“Pintu pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tetapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya’” kata Jibril. Detik detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugas. Perlahan ruh Rasulullah di tarik.

Tamapak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini’ lirih Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam, Ali disampingnya menunduk kian dalam dan Jibril membuang muka.

“jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?’ Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah di renggut ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dasyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya, ‘Ushikum bi ash shalati wa ma malakat aimanukuk’ Peliharalah shalatmu dan santuni orang
orang lemah di antaramu.

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat sahabat saling berpelukan. Fatimahmenutup wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasul yang mulai kebiruan. ‘Ummati ummati ummati’ dan pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Siapakah yang disapa lembut Rasulullah pada detik detik akhir hayatnya? Umatku…umatku…umatku… Inilah Nabi yang membasahi janggutnya dengan air mata akrena memikirkan derita umat sepeninggalnya, yang merebahkan dirinya di atas tanah dan mengangkatnya sebelum Allah mengizinkannya untuk memberikan syafaat kepada umatnya, yang suka dukanya terpaut dengan umat yang dipimpinnya.

‘Telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu sendiri. Berat baginya apa yag kamu derita, sangat ingin agar kamu mendapatkan kebahagiaan. Ia sangat pengasih dan penyayang kepada orang orang yang beriman’ (QS At Taubah, 9:128)


Begitu besar cinta Rasul kepada umatnya. Begitu dalam kasih sayangnya kepada kita semua. Kini, mampukah kita membalas cinta sucinya?


(Kisah Teladan Islami)

2 Hari Bersama Malaikat Maut



Assalamualaikum,



Kisah yang satu ini adalah kisah Nabi idris  yang didatangi oleh malaikat maut,



Nabi Idris atau bernama asli Akhnukh adalah keturunan keenam dari Nabi Adam. Dipanggil Idris karena kepandaiannya dalam berbagai disiplin ilmu dan kemahiran lainnya.

Karena kepandaiannya itu, Nabi Idris ramai menjadi perbincangan di kalangan makhluk Allah, termasuk malaikat pencabut nyawa, Izrail. Dengan izin Allah SWT, Malaikat Izrail diperbolehkan untuk mengunjungi Nabi Idris, namun dengan berpura-pura menjadi manusia biasa.

"Assalamualaikum," kata malaikat sambil mengetuk pintu rumah Nabi Idris dengan membawakan oleh-oleh dari surga. Mendengar ketukan itu, Nabi Idris yang sehari-hari banyak menghabiskan waktunya menjahit kemeja sambil bertasbih, menjawab salam dan mempersilakan masuk tamu.

Setelah berkenalan dengan tamu, mereka berdua terlibat dalam diskusi hangat seputar Islam dan kepandaian Nabi Idris dalam berbagai disiplin ilmu. Hingga tidak terasa matahari mulai tenggelam di ufuk barat.

Karena malam hari, Nabi Idris mempersilakan tamu menginap di rumahnya. Keduanya bersama-sama asyik beribadah hingga datang waktu makan malam. Sebagai tuan rumah yang baik, Nabi Idris menyuguhkan menu makan malam dan mengajak sang tamu untuk menyantap makan malam bersama.

Namun si tamu menolak dan lebih memilih melanjutkan ibadah sendiri. Setelah selesai makan, Nabi Idris kembali beribadah dengan si tamu bersama-sama hingga larut malam. Rasa ngantuk menyergap Nabi Idris, dengan berat hati Nabi Idris menawarkan si tamu untuk istirahat dan melanjutkan ibadah pada esoknya. Tetapi, si tamu menolak ajakan, dan mempersilakan Nabi Idris untuk istirahat terlebih dahulu.

Kondisi yang sama juga terjadi pada malam berikutnya, hingga akhirnya Nabi Idris menanyakannya kepada si tamu. "Siapakah Anda sebenarnya?, kenapa Anda tidak mau makan dan tidur?"

"Saya adalah Malaikat Izrail," jawab si tamu. Mendengar jawaban itu, Nabi Idris kaget bukan kepalang. "Anda mau mencabut nyawa saya?" tanya Nabi Idris.

Sejurus kemudian malaikat pencabut nyawa itu menggeleng. Tujuan dia bertamu hanya ingin mengetahui lebih dalam lagi keseharian makhluk Allah SWT yang selalu menjadi pembicaraan karena amal kebaikannya itu.

Dari situ Nabi Idris mulai memahami dan sadar tentang kebiasaan para malaikat yang selalu berdoa tanpa henti, dan kebiasaannya mendekati orang-orang beriman.

"Bagaimana rasanya saat nyawa dicabut?" tanya Nabi Idris kepada Malaikat Izrail. Tidak menunggu waktu lama, Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris dan mengembalikannya kembali dengan izin Allah SWT.


Namun Nabi Idris tidak merasakan apa-apa ketika nyawanya dicabut. "Karena saya melakukannya dengan lemah lembut, begitulah yang saya lakukan kepada orang-orang beriman," jawab Malaikat Izrail.


(www.merdeka.com)

HATI-HATI !!! Dosa Ini Lebih Besar Dari Zina



Kisah ini mengingatkan kaum muslimin betapa besarnya dosa orang yang meninggalkan sholat, apalagi dengan sengaja, bahkan para ulama menggambarkan dosa meninggalkan sholat lebih besar dari dosa zina.


Suatu Senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa. Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk. Air matanya berderai tatkala berkata,  “Wahai Nabi Allah, tolonglah saya. Doakan agar Allah mengampuni dosa keji saya.”

“Apakah dosamu wahai wanita..?” Tanya Nabi Musa. “Saya takut mengatakannya,”  jawab wanita itu. “Katakanlah, jangan ragu-ragu..!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itu pun dengan takut bercerita, “Saya telah berzina.”Kepala nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. “Dari perzinaan itu saya Hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati,” lanjut perempuan itu seraya menangis.
Mata Nabi Musa berapi-api. Dengan muka yang berang dia menghardik “Perempuan celaka, pergi dari sini. Agar Siksa Allah tak jatuh ke dalam rumahku. Pergi!!!” teriak nabi Musa sambil berpaling karena jijik.

Hati perempuan itu bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh. Dia menangis tersedu-sedu dan keluar dari Rumah Nabi Musa. Ia Tak tahu harus kemana lagi mengadu. Bahkan dia tak tahu ke mana harus melangkahkan kaki. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana manusia lain bakal menerimanya?

Sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya..? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar dari itu..?“

Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu..? Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu..? “Tanyanya.

“Ada..!!” jawab Jibril dengan tegas. “Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina.”
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa memanggil wanita tadi, lalu berdoa memohon ampunan kepada Allah. Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan Shalat dengan sengaja tanpa penyesalan seakan menganggap remeh perintah Allah. Sedangkan bertaubat dan menyesali dosa dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin Allah itu ada.

[sumber: 30 Kisah Teladan, pengarang KH Abdurrahman Arroisy]

Mau Bermaksiat? Boleh Saja, Tapi Dengan 5 syarat






Kabar gembira bagi manusia yang ingin berbuat maksiat, siapa bilang tidak boleh bermaksiat, boleh boleh saja, tetapi sebelum berbuat maksiat, kita lihat dulu kisah inspratif yang satu ini.



Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabiah. Ia meminta nasehat kepada dirinya agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, “Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya.”

Setelah merenung sejenah, Ibrahim berkata, “jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, maka aku tidak keberatan kau berbuat dosa.”

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar, Jahdar beratanya, “apa saja syarat-syarat ini, ya Aba Ishak?”

“Syarat pertama, jika kau melaksanakan perbuatan maksiat, maka janganlah kau memakan rizki Allah”, ucap Ibrahim.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya lalu berkata, “lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rizki Allah?”
“Benar”, jawab Ibrahim tegas. “Bila kau telah mengetahuinya, masih pantaskah kau memakan rizki-Nya sementara kau terus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya?”
“Baiklah…”, jawab lelaki itu tampak menyerah. “kemudian apa syarat yang kedua?”
“kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya”, kata Ibrahim lebih tegas lagi.

Syarat kedua ini membuat Jahdar lebih kaget lagi. “Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?”
“Benar Abdullah. Karena itu pikirkanlah baik-baik. Apakah kau masih pantas memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara kau terus berbuat maksiat?”, tanya Ibrahim.
“Kau benar Aba Ishak”, ucap Jahdar kemudian. “Lalu apa syarat ketiga?”, tanyanya dengan penasaran.

“Kalau kau masih juga bermaksiat kepada Allah tetapi masih ingin memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh-Nya.”
Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. “Ya Aba Ishak, nasehat macam apakah semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”

“Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rizki-Nya, tinggal di buminya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya. Pantaskah kau melakukan semua itu?”, Tanya Ibrahim kepada lelaki yang masih tampak bengok itu. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabiah tidak berkutik dan membenarkannya.
“Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakana apa syarat yang keempat?”

“Jika malaikatul maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal shaleh.”

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukan selama ini. Ia kemudian berkata, “tidak mungkin…tidak mungkin seua itu kulakukan.”
“Ya abdallah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?”
Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya sayarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasehat kepada lelaki itu.

“Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!”

Lelaki yang ada dihadapan Ibrahim bin Adham itu tampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal, ia berkata, “cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarkannya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah.”
Lelaki itu memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyuk.

(lifeofwriting.com)

Karena Mimpi Melihat Neraka






Pada zaman Rasulullah SAW jika para sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka akan mengadukan dan menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang sahabat nabi yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra., pergi ke Masjid Nabawi. Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca Al-Quran, dia hendak tidur.


Seperti biasa, sebelum tidur dia menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan dan berdoa, “Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu; ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
Demikianlah, Baginda Rasul menuntunnya cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun, malaikat masih mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan diri, ruh orang yang tidur akan mendapatkan hikmah dan siraman doa para malaikat.
Sambil pelan-pelan memejamkan mata, Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.


Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.


Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A’udzubillahi minannaar. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah SAW. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati yang cemas.


Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika itu, beliau bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam!”


Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik-baik lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka, dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia-siakan waktu sepertiga malam; waktu di mana Allah SWT memanggil-manggil hamba-Nya; waktu ketika Allah mendengar doa hamba-Nya.”


Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di hadapan Allah SWT. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.


Apalagi jika dia juga ingat sabda baginda Nabi SAW, “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua tepak kakinya bara api yang membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih berat siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya siksa yang ia terima adalah yang paling ringan di dalam neraka.“


Dia berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba hamba-Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan surga.
Akhirnya, dia bisa merasakan betapa nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang lebih indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.

***

[Ketika Cinta Berbuah Surga, Habiburrahman El Shirazy]

Greenday - 21 Guns



Intro: Dm - A# - F - C (x2)

Verse:
Dm     A#                F        C
Do you know what's worth fighting for,
Dm        A#        F      C
When it's not worth dying for?
Dm      A#        F      C
Does it take your breath away
A#                         C
And you feel yourself suffocating?



Dm       A#         F       C
Does the pain weigh out the pride?
Dm        A#       F        C
And you look for a place to hide?
Dm      A#             F      C
Did someone break your heart inside?
A#                        C
You're in ruins

Chorus:
F     C     Dm
One, 21 guns
C               A#
Lay down your arms
F         C
Give up the fight
F    C    Dm
One, 21 guns
C             A#    F       C
Throw up your arms into the sky,
A#    F     C
You and I

Verse:
Dm          A#     F          C
When you're at the end of the road
Dm      A#       F        C
And you lost all sense of control
Dm        A#           F           C
And your thoughts have taken their toll
A#                                       C
When your mind breaks the spirit of your soul
Dm   A#             F      C
Your faith walks on broken glass
Dm      A#       F       C
And the hangover doesn't pass
Dm        A#   F        C
Nothing's ever built to last
A#                 C5
You're in ruins.

Chorus:
F      C      Dm
One, 21 guns
C           A#
Lay down your arms
F           C
Give up the fight
F     C     Dm
One, 21 guns
C            A#      F       C
Throw up your arms into the sky,
A#    F     C
You and I

Bridge:
Dm      A#     F            C
Did you try to live on your own
Dm       A#               F        A
When you burned down the house and home?
Dm      A#         F           A
Did you stand too close to the fire?
A#m                          C
Like a liar looking for forgiveness from a stone

Solo:
F - C - D - C - A# - F - C (x2)

A# - F - E

Break:
Dm - A# - F - C (x2)

Verse:
Dm        A#       F           C
When it's time to live and let die
Dm      A#        F       C
And you can't get another try
Dm         A#         F         C
Something inside this heart has died
A#                 C5
You're in ruins.

Chorus:
F       C      Dm
One, 21 guns
C           A#
Lay down your arms
F              C
Give up the fight
F      C      Dm
One, 21 guns
C           A#       F            C
Throw up your arms into the sky
F       C      Dm
One, 21 guns
C               A#
Lay down your arms
F            C
Give up the fight
F    C     Dm
One, 21 guns
C             A#      F           C
Throw up your arms into the sky,
A#   F     C

You and I

Popular Posts

" });